BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita mendengar dan menjumpai orang-orang yang sulit mengungkapkan apa yang ada di dalam fikirannya. kita pun juga sering menjumpai banyak orang-orang yang boros dalam pemakaian sebuah kata, namun tidak memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karena itu agar kita tidak seperti dua hal tersebut, maka kita harus mengetahui pentingnya peranan kata dan ejaan dalam kehidupan sehari-hari.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan di pahami secara terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
B. Rumusan Masalah1. Bagaimana pengertian dari Ejaan?
2. Bagaimana penulisan huruf?
3. Bagaimana penulisan kata?
4. Bagaimana penulisan singkatan dan akronim?
5. Bagaimana penulisan angka dan lambang bilangan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari ejaan.
2. Untuk memahami penulisan huruf.
3. Untuk memahami penulisan kata.
4. Untuk memahami penulisan singkatan dan akronim.
5. Untuk memahami penulisan angka dan lambang bilangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata. Sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan.
Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
B. Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu penulisan huruf besar dan penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya : Dia menulis surat di kamar.
Tugas matematika sudah dikerjakan.
2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya : Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya : Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya : Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.
6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya : Dewi Rasdiana Jufri
7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya : bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijriyah
hari Jumat
bulan November
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya : Laut Jawa
Jazirah Arab
Asia Tenggara
10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya : Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya : Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya : Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya : Dr. = doktor
S.H. = sarjana hukum
14) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya : Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
b. Penggunaan huruf miring1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusastraan
Buku Negarakertagama karangan Prapanca
Surat kabar Suara Karya
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya: Politik devide et impera pernah merajalela di Indonesia.
C. Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
a. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
b. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
1) Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
2) Awalan dan akhran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
3) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota,subseksi, prakata.
c. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
1) Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki → lelaki
2) Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah → rumah-rumah
3) Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur → sayur-mayur
4) Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya : main → bermain-main
d. Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliah, orang tua.
1) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
2) Gabugan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
e. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku,mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.
f. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan.
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
g. Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengirim surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
h. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
1) Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apakah gerangan salahku?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
3) Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
D. Penulisan Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
E. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu :
(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 = lima belas
2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 = tiga perempat
3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II = Abad ke-2
4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun 50-an = lima puluhan
5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA tidak lulus. (salah)
7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi dengan yang lain. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dimengerti.
Ejaan sangat mempengaruhi perkembangan Bangsa Indonesia. Ejaan yang meliputi penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,angka, serta lambang bilangan. Dengan adanya ejaan tersebut tentu membantu kita dalam hal penulisan agar penyampaian informasi dapat diterima dengan baik dan benar oleh para pembaca. Dengan memperhatikan pedoman umum tersebut hendaknya kita dapat berbahasa dan menulis bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
B. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini. Dengan mempelajari ejaan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah tata cara penulisan ejaan dengan sungguh-sungguh agar dapat dimengerti.

Post A Comment:
0 comments: